Oleh
: Suprianto
''Tidak ada iman
bagi orang yang tidak memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak
memegang janji.'' (HR Ahmad dan Al-Bazzaar).
Hadis di atas,
walaupun pendek, syarat makna. Rasulullah SAW mengisyaratkan satu hal yang
penting, yaitu tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah. Hal ini
disampaikan agar kita memperhatikan pesan Rasulullah dan kita wajib menunaikan
amanah kepada yang berhak. Diperintahkan Allah SWT dalam firman-Nya,
''Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya ....'' (QS An-Nisaa': 58).
Ini berarti
bahwa yang diperintahkan Allah kepada kita adalah bukti iman, sedangkan
lawannya, yaitu mengkhianati amanah, merupakan bukti kemunafikan. Dinyatakan
dalam sebuah hadis, ''Ada empat hal, jika keempat-empatnya terdapat
pada diri seseorang, berarti dia benar-benar murni seorang munafik, sedangkan
orang yang menyimpan salah satunya, berarti terdapat pada dirinya salah satu
tanda orang munafik, sampai ia meninggalkannya. Jika diberi amanah ia
berkhianat, jika bicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika
bermusuhan ia keji.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Memenuhi janji
merupakan syarat asasi bagi keberadaan iman dalam hati seorang hamba,
sebagaimana disinggung dalam firman Allah mengenai sifat orang-orang mukmin,
''Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah yang (dipikulnya) dan
janjinya.'' (QS al-Israa': 34).
Dalam ayat lain,
''Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedangkan kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu) ....'' (QS An Nahl: 91).
Dari dua ayat di
atas, hendaknya kita menunaikan amanah dan menepati janji agar kita menjadi kaum
mukminin sejati. Ingatlah akan firman Allah SWT, ''(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah
perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada
mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah
orang-orang yang merugi.'' (QS Al-Baqarah: 27).
Kita harus
memulai dari diri kita untuk menunaikan amanah itu agar terhindar dari sifat
munafik yang disebutkan dalam hadis di atas. Terlebih apabila kita menjadi
pemimpin baik untuk diri sendiri, keluarga, apalagi pemimpin masyarakat. Mulai
dari yang terendah sampai pemimpin negara, mereka harus memegang teguh pendirian
bahwa kepemimpinan itu merupakan amanah dari Allah. Kesadaran ini akan
membawanya kepada tanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Wallahu a'lam bish
shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar