Berbicara
tentang kejelekan orang lain dan mencelanya disebut
menggunjing jika benar, dan disebut fitnah jika tidak benar. Tentu saja, tidak
ada seorang manusia pun yang bebas dari dosa. Orang bijak mengatakan, manusia
itu tidak lepas dari kesalahan dan lupa. Dengan begitu, manusia itu memang tidak
sempurna, ia bisa berbuat khilaf.
Manusia pada
umumnya hidup di balik tabir, yang oleh Tuhan --dengan kebijakan-Nya-- digunakan
untuk menutupi perbuatan-perbuatannya. Kalau saja tabir Ilahi ini diangkat untuk
memperlihatkan semua kesalahan dan kekeliruan kita, niscaya semua orang akan
lari dengan yang lain dengan rasa jijik dan masyarakat akan runtuh hingga ke
dasar-dasarnya. Itulah sebabnya mengapa Allah melarang kita membicarakan
kejelekan orang lain. Maksudnya agar kita terlindung dari pembicaraan orang
lain mengenai diri kita.
Dengan wujud dan
kelemahan manusia seperti itulah, agama kemudian melarang kita untuk saling
menggunjing dan, apalagi, menfitnah. Banyak ayat suci Alquran dan hadis Nabi
Muhammad SAW yang mencela keras segala bentuk fitnah, yang justru akhir-akhir
ini makin merebak di tanah air. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya
mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.'' (Al-Nahl: 105).
Tidak dapat
dimungkiri bahwa dampak dari fitnah bukan saja terhadap mereka yang difitnah,
tapi juga terhadap masyarakat luas. Di tanah air kita sendiri seringkali terjadi
keributan dan kerusuhan yang disebabkan oleh fitnah dan adu domba. Begitu
besarnya bahaya dan dosa fitnah, hingga oleh Islam dikategorikannya sebagai
perbuatan lebih kejam dari pembunuhan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW lebih
mempertegasnya lagi dengan sabdanya, ''Tidak akan masuk surga orang yang
menghambur-hamburkan fitnah (suka mengadu domba).'' (HR Abu Dawud dan
At-Thurmudzi).
Menurut Islam,
perilaku manusia dan tindakannya di dalam kehidupan merupakan salah satu dari
fenomena akidahnya. Untuk itu kita diminta untuk berpegang teguh pada akidah
yang telah ditetapkan dan digariskan agama. Para ulama mengatakan, kalau akidah kita baik, maka akan
baik dan lurus pula perilaku kita. Dan, apabila akidah kita rusak, akan rusak
pula perilaku kita. Oleh karena itu, maka akidah tauhid dan iman adalah penting
dan dibutuhkan oleh manusia untuk menyempurnakan pribadinya dan mewujudkan
kemanusiaannya.
Adalah ajakan
kepada akidah ini merupakan hal pertama yang dilakukan Rasulullah agar ia
menjadi batu pertama dalam bangunan umat Islam. Hal ini, karena kekokohan akidah
ini di dalam jiwa manusia akan mengangkatnya dari materialisme yang rendah dan
mengarahkannya kepada kebaikan, keluruhan, kesucian, dan kemuliaan.
Apabila akidah
ini telah berkuasa, maka ia akan melahirkan keutamaan-keutamaan manusia yang
tinggi seperti keberanian, kedermawanan, kebajikan, ketenteraman, dan
pengorbanan. Orang yang berpegang pada akidah tidak akan mau melakukan
perbuatan-perbuatan yang mengarah pada fitnah. Karena dengan akidahnya itu, ia
tidak ingin tergelincir pada jurang kedosaan yang dikutuk agama. Wallahu a'lam.
(Alwi Shahab)
sumber : rpbk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar