Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh. (QS. Al-Ahzab : 72).
Kepercayaan
memegang peranan amat penting dalam pelbagai aspek kehidupan. Manusia sendiri
sejak awal sudah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT
untuk menjadi khalifah di muka bumi. Misi kepercayaan ini yang diemban manusia
itu tak lain memakmurkan dan memelihara
perdamaian.
Namun
demikian, memelihara kepercayaan itu tidaklah mudah.
Bahkan sebagaimana dijelaskan pada ayat di atas, memelihara amanah itu sangat
berta. Karenanya banyak orang yang tidak kuat, akhirnya ia khianat atau ingkar
terhadap amanah itu. Allah sendiri sebenarnya sudah mengetahu bahwa sebagian
orang sering ingkar terhadap amanah itu.
Dalam kitab
Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang pengertian amanah dalam ayat itu, yaitu
menjalankan tugas-tugas keagamaan. Dan tugas-tugas keagamaan ini menyangkut
seluruh aspek kehidupan.
Amanah
sebenarnya adalah suatu kepercayaan yang ditanggung oleh seseorang untuk
mewujudkan kepercayaan atau membuktikan dalam kenyataan dan prilakunya. Sehingga
kalau manusia bisa bersikap dan berperilaku amanah, maka dunia ini akan aman dan
damai. Tetapi, karena manusia sering zalim atau mencederai amanah atau
kepercayaan yang dipegangnya sendiri, maka dunia ini sering kacau gara-gara yang
bersangkutan tidak amanah.
Karena itu, jika
seorang pemimpin sudah tidak bisa bersikap amanah, maka sebetulnya yang
bersangkutan dan yang dipimpinnya tinggal menunggu
kehancuran. Karena sekuat manusia menutup ketidakjujurannya, suatu saat akan
ketahuan juga. Sekalil ia diketahui bahwa ia tidak bisa dipercaya, maka orang
tersebut sulit untuk mendapat kepercayaan lagi.
Biasanya, Allah
menguji amanah kepada hamba-Nya itu pada tiga persoalan. Pertama soal tahta atau jabatan, kedua soal wanita dan
ketiga pada harta. Sumber kerusakan di muka bumi ini juga sering berawal dari
tiga persoalan ini.
Seoarng penguasa
atau pemimpin, kalau tidak amanah dengan jabatannya,
barang kali ia juga tidak amanah pada yang lain. Misalnya, meski punya istri ia
suka dia-diam berbuat serong dengan wanita lain. Karena serong, ia mungkin juga
tidak beres dlam mengelola keuangan.
Sehingga dapat
disimpulkan, jika seseorang tak bisa dipercaya untuk satu urusan, ada
kemungkinan ia telah melakukan khianat atau dusta secara akumulatif pada aspek
kehidupan lainnya. (Zis Muzahid Hasan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar