Oleh
: Mahyudin Purwanto
Dalam sebuah
riwayat dikatakan bahwa ada seorang ustadz melihat seorang anak berwudhu di tepi
sungai sambil menangis. Ia bertanya, ''Nak, mengapa engkau
menangis?''
Anak tersebut
menjawab, ''Saya membaca ayat Alquran, 'Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka' (At-Tahrim: 6). Saya
khawatir, jangan-jangan Allah memasukkan saya ke dalam
neraka.''
Ustadz
menjelaskan, ''Wahai anak kecil, kamu tidak akan disiksa, karena kamu belum
baligh, jangan merasa takut, kamu tidak berhak memasuki
neraka.''
Anak tersebut
menjawab, ''Wahai Ustadz, engkau adalah orang yang pandai, tidakkah Ustadz tahu
bahwa seseorang yang menyalakan api untuk satu keperluannya, memulai dengan
kayu-kayu yang kecil baru kemudian yang besar?''
Rasulullah SAW
bersada, ''Tiada pelupuk mata yang tergenangi dengan air mata melainkan pasti
diharamkan jasadnya dari neraka, dan tiada air mata yang mengalir pada pipi
melainkan akan dihapuskan daripadanya suatu kotoran dan kehinaan, dan apabila
ada seseorang di antara umat yang menangis niscaya mereka akan dirahmati. Tiada
suatu amal pun kecuali bernilai seperti kadar dan timbangannya, kecuali tetesan
air mata. Sesungguhnya air mata itu dapat memadamkan samudera api neraka.''
Tangisan
orang-orang saleh terlahir dari khouf (rasa takut). Karena, dengan rasa takut
inilah, perbuatan-perbuatan dosa dapat dilenyapkan. Rasulullah menjelaskan,
apabila badan seorang hamba gemetar karena takut kepada Allah, maka jatuhlah
segala kesalahannya sebagaimana jatuhnya dedaunan dari pohonnya di musim
kemarau.
Rasulullah
bersabda, ada dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka yaitu mata yang
menangis karena Allah di pertengahan malam dan mata yang terbangun berjaga di
jalan jihad fisabilillah. Dan, di antara yang mendapat perlindungan di hari
kiamat adalah seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam kesepian lalu
berlinangan air matanya.
Allah Rabbul
Izzati berfirman di dalam hadis qudsi, ''Demi keperkasaan-Ku, tak akan menyatu
dua rasa takut pada diri hamba-Ku dan tidak aku satukan dua rasa aman pada
dirinya. Apabila dia merasa aman di dunia, niscaya akan Kami buat takut di hari
kiamat; dan apabila dia takut kepada-Ku di dunia, maka akan Kami buat aman dia
di hari kiamat. Maka, basuhlah empat hal dengan empat macam. Yaitu, wajahmu
dengan tetesan air matamu, gigi-gigimu dengan bedzikir menyebut Tuhanmu, hatimu
dengan rasa takut kepada Tuhanmu, dan dosa-dosamu dengan taubat. (Abu Darda
kepada para ikhwan di Ka'bah).
Takut kepada
Allah akan menumbuhkan jiwa itsar (sifat yang selalu mengutamakan kepentingan
saudara seiman daripada kepentingannya sendiri), iffah (kemampuan untuk menjaga
diri), dan wara (sikap berhati-hati).
Ramadhan telah
memasuki hari-hari terakhir. Saatnya bagi setiap Muslim mengevaluasi nilai dan
makna Ramadhan pada hari yang telah terlewati. Dan, menambah amalan semakin
lebih baik, menjelang perpisahan dengan Ramadhan.
Sejatinya pula,
ada kekhawatiran bila semua ini tidak sempurna, apatah lagi hanya mendapatkan
lapar dan haus saja. Sebagaimana Rasulullah menjelaskan, ''Banyak sekali orang
yang berpuasa, tetapi tidak ada yang diperolehnya dari puasa itu kecuali hanya
lapar dan haus saja (tak berpahala).'' (HR Nasa'i dan Ibnu Majah).
sumber : rpbk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar