Oleh : Firdaus
MA
Riya adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah,
tapi mencari pujian dan kemasyhuran di mata manusia. Riya merupakan bentuk
syirik kecil kepada Allah yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan
yang dilakukan tidak bernilai di hadapan Allah.
Sikap ini muncul karena orang kurang memahami dengan baik tujuan
ibadah dan amal yang dilakukan. Dalam Islam, setiap ibadah, amal, dan aktivitas
lainnya harus dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Firman-Nya, ''Katakanlah,
'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam'.'' (QS 6: 162).
Riya yang ditampilkan orang dalam perilaku sehari-hari
berkorelasi erat dengan sifat angkuh yang dimilikinya. Riya berawal dari
keinginan untuk menunjukkan bahwa ia yang paling hebat, baik, taat, dan dermawan
yang merupakan bagian dari sifat angkuh. Allah berfirman, ''Dan janganlah kamu
menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan
dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.'' (QS 8: 47).
Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat
serta ekspresi ketidakjujuran atau kedustaan menjalankan agama. Dalam melakukan
ibadah dan kebaikan orang yang riya berorientasi jangka pendek: mendapat pujian
manusia. Ia melakukan ibadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan
saleh. Apabila memberi sedekah dan bantuan kepada sesama, ia ingin disebut
sebagai dermawan dan memiliki kepekaan sosial. Allah menjelaskan, ''Dan
orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, barang
siapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman
yang seburuk-buruknya.'' (QS 4: 38).
Sikap riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang
dilakukan tidak bernilai di sisi Allah. Allah berfirman, ''Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka, perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah).'' (QS 2: 264).
Orang-orang seperti itu di akhirat kelak dicap Allah sebagai
pendusta. Rasulullah SAW bersabda, ''Ada yang mengaku berjuang di jalan Allah hingga
mati syaid, padahal ia berperang hanya ingin dikenal sebagai pemberani.
Ada yang mengaku
mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan, dan membaca Alquran karena Allah,
padahal ia hanya ingin dikenal sebagai orang alim dan qari'. Ada yang mengaku
mendermakan harta untuk mencari ridha Allah, padahal ia hanya ingin disebut
dermawan. Amalan semua orang itu ditolak Allah dan mereka dimasukkan ke dalam
neraka.'' (HR Muslim). Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar